Perjalanan ke Bantimurung sudah lama kami rencanakan, bahkan sejak tinggal di Sulawesi kami sudah punya niatan kesana. Namun banyak kendala yang kami hadapi diantaranya covid, hingga cuaca dan musim penghujan yang turun sepanjang tahun menyebabkan kami mengurungkan niat. Beberapa kali mendengar berita Bantimurung ditutup karena banjir besar. Kendala lain yang kami hadapi adalah keterbatasan referensi atau ulasan mengenai rute transportasi umum dan akomodasi menuju Bantimurung. Sedikit sekali blog yang membahas tentang informasi tersebut.
2 pekan sebelum
berangkat kami sudah membuat persiapan perjalanan, kami berencana akan
Backpackeran ke Makassar dan Maros. Mulai belajar tentang segala informasi
taman nasional termasuk tentang spesies kupu-kupu di sana. Kami menemukan
beberapa literatur dari taman nasional yang bisa kami akses gratis dan aplikasi Kupunesia yang sangat memudahkan kami. Tidak hanya logistik, kami mempersiapkan lembar
observasi dari rumah. Tujuan kami bukan sekedar berwisata namun juga ingin
serius ber-study tour.
Plan A saya dan
anak-anak akan mengendarai angkutan umum Jeneponto-Makassar. Menyusul Bapak
yang sedang ada urusan di kantor Gubernur. H-1 pergi sebenarnya saya agak ragu
bisa pergi. Karena sindrom PMS sempat membuat kepala pusing dan saya
benar-benar tidak bs fokus packing. Mulai berlapang dada jika akhirnya
tidak bisa pergi.
Namun keesokan harinya
saya merasa lebih baik sehingga bisa segera packing dan mempersiapkan
semuanya dari 0. Skill packing yang mungkin tidak akan bisa saya kuasai
jika dulu tidak diberi kesempatan untuk bisa menjelajah ke puncak-puncak gunung
dan melakukan banyak perjalanan. Mungkin bukan skill packing yang saya
dapatkan dari kedua orang tua saya, namun atas izin dan ridho bapak-ibu saya
mendapatkan pelajaran kemandirian dan resiliensi dalam setiap perjalanan.
Parenting bapak-ibu yang akhirnya juga berpengaruh besar pada bagaimana saya membersamai
cucu mereka.
Pukul 09.00 WITA saya
sudah menyelesaikan barang bawaan. 1 tas carrier 45 liter berisi pakaian
dan logistik. 1 tas anak-anak berisi binocular dan art supplies
mereka. 1 tas selempang. Kami sebenarnya juga mempersiapkan tenda dan sudah
dipasang di motor sebelum bapak Irsyad berangkat tadi pagi. Saya mencoba
menghubungi supir langganan kami, dan kami direkomendasikan ke kenalannya
karena pak Ramli tidak turun makassar hari jumat. 10:30 WITA kami sudah
dijemput oleh mas Ippank. Perjalanan ke Makassar menggunakan mobil Toyota Agya dengan
penumpang 4 orang, cukup lega karena saya dan anak-anak duduk di tengah bersama
seorang ibu-ibu berseragam. Perjalanan akan sempurna jika penumpang di belakang
kami tidak sebat.
Sepanjang jalan Takalar
sampai Limbung, mas Ippank beberapa kali melihat jam tangannya dan melambat
setiap mobil melaju di depan masjid, ternyata jam sholat jumat masih cukup lama
hanya kurang dari 5 km terminal Malengkeri akhirnya mobil parkir. Kami menunggu
mas Ippank solat jumat 10 menit. Kami turun di indomaret persimpangan terminal Malengkeri
tempat pukul 12:15WITA.
Saya dan anak-anak beristirahat
sebentar dan belanja, memonitor tempat makan terdekat untuk makan siang.
Akhirnya saya memutuskan makan di nasi goreng di sebelah barat indomaret.
Porsinya jumbo jadi saya memesan 2 piring, itupun tidak bisa kami habiskan
ber-3. Saya putuskan masukkan ke box bekal buah pepaya yang kami
habiskan di mobil sepanjang perjalanan tadi. Dua buah telur mata sapi beserta
separuh porsi nasi kami bungkus, jadi makan sore bapak alhamdulillah kami bisa
mengatasi foodlost.
Tujuan selanjutnya adalah nyusul bapak Irsyad ke kantor gubernur. Kami memilih naik Bajaj demi memberi pengalaman anak-anak, saya pun belum pernah naik Bajaj ding hahahah. Dengan tarif 32k kami naik Bajaj sepanjang 8,2km. Merasakan panas dan macetnya Makassar hanya di 15 menit pertama perjalanan. Kendalanya hanya angin dan polusi karena Bajaj kan terbuka hehe. Tapi dengan begini anak-anak lebih leluasa mengamati sekitar selama perjalanan kami.
Setelah 30 menit sampailah kami di kantor Gubernur yang ternyata sangat rindang. Sebenarnya udah terbayang saat liat denah yang kami lihat di maps, terlihat bangunan kantor Gubernur memiliki ruang terbuka hijau yang sangat luas, alhamdulillah kami bisa berteduh di bawah rimbunnya pepohonan selama menunggu bapak selesai dengan urusannya. Ada banyak sekali pohon trembesi yang menggugurkan daunnya. Beberapa petugas kebersihan menyapu dedaunan kering dan mengumpulkannya dalam karung karung besar, ah jadi ingat kompos di rumah yang sudah lama tidak kami berikan sampah coklat daun trembesi.
Tepat pukul 15:10 WITA berbekal GPS kami menuju Bantimurung. Estimasi perjalanan 90 menit namun selama perjalanan kami beberapa kali sengaja melambat demi memberikan pengalaman anak-anak mengamati sekitar.
Ada Banyak objek menarik yang kami lewati, tebing-tebing kapur lokasi penambangan, pemandangan bukit kapur dengan singkapan batuannya yang putih memukau, dan yang paling membuat anak-anak excited adalah saat melintas di BATALYON ZIPUR 8 Sakeang, Maros.
Perjalanan yang kami lalu cukup nyaman, meski beberapa jalan
rusak dan berlubang namun perjalanan ke tempat baru selalu menyajikan
pemandangan yang sayang untuk dilewatkan. Perbedaan landscape yang
kemudian tercermin pada bentuk pemukiman penduduk, menarik untuk dicermati dengan serius atau sekedar untuk dikagumi.
Hiro sesekali terdengar bertanya banyak hal pada bapaknya dan banyak yang tidak
bisa terjawab karena bapaknya kurang mendengar wkwk (yeah what you expected
from a man who trying to safely ride his motorbike into the unknown place).
Adek Barra udah pulas memenuhi jatah tidur siangnya.
Pukul 16:40 WITA kami
sampai di gerbang masuk Bantimurung. Kami melihat pengunjung masih sangat
ramai dan loket belum tutup. Setelah diskusi dengan penjaga tiket mengenai
kemungkinan penginapan/camping ground sekitar Bantimurung kami
mendapatkan info jika penginapan yang dikelola DISPORA sudah penuh hingga hari
senin. Sedangkan campinground terdekat Biseang Laborro’ (BISLAP) setelah
saya cek maps jaraknya 8 km jauhnya dan berlawanan arah dengan Leang-leang,
destinasi kami selanjutnya. Kami utarakan bahwa BISLAP mungkin bukan solusi
yang pas untuk kami mengingat hari juga sudah mulai gelap dan perjalanan ke BISLAP
akan cukup memakan waktu dan jujur kami belum membaca review tempat tersebut
sebelumnya.
Di rumah, kami mendapat
opsi camping terdekat yang searah BISLAP Namanya Ta'deang camping ground
namun saya liat review di google kamar mandinya agak sulit air jadi kami
berusaha cari alternatif lain. Beruntungnya si bapak yang kemudian kami kenal namanya
adalah pak Jojo, menjelaskan bahwa Bantimurung sebenarnya dikelola oleh dua
instansi; Dinas Pariwisata dan KLHK. Jadi beliau berinisiatif mengantar kami ke
kantor Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung; Resort Bantimurung. Disana kami
diantar menemui kepala resort pak Junaidi dan kami dipersilahkan masuk ruang Conference.
Pak Jun menjelaskan bahwa timnya baru saja ada acara jadi ada banyak orang di
ruangan itu.
Bermodal Field Book
yang kami persiapkan dari rumah kami mengutarakan maksud kunjungan kami ke
Bantimurung untuk pengamatan kupu-kupu. Bak Jun menyambut antusias dan
mengenalkan kami kepada pak Eric. Kami tunjukkan referensi buku dari KLHK
yang ternyata pak Eric salah satu penulisnya what coincidence!!. Dengan
banyaknya materi ajar yang mungkin akan kami kunjungi, museum, penangkaran,
bukit karst akan memakan waktu lebih dari sehari jadi kami minta rekomendasi
penginapan terdekat atau ada spot yang bisa kami mendirikan tenda. Sebelumnya
pak Eric menyarankan BISLAP namun kemudian pak Jun menyarankan menginap di
resort.
Tidur sini aja, ada sofa di depan dan tempat tidur juga ada, toilet di ujung sana. Biasanya penjual makanan juga 24 jam di dalam karena ada mahasiswa bermalam juga.
Wow rasanya seperti
tidak percaya, kami mendapat kepercayaan menghuni resort.
Ketika kami mencoba membawa barang ke ruang tamu nampak pak Kamarudin, pria paruh baya yang sudah hampir selesai menyapu lantai. Entah kapan pak Jun meminta pak Kamarudin mempersiapkan ruangan itu, semuanya terjadi begitu cepat.
Sembari bapak Irsyad mengobrol
dengan pak Jun, ada mas-mas lain yang datang dengan kasur dan bantal sofa
berukuran besar. Sofa di ruangan resort bisa dibilang sangat nyaman untuk
merebahkan badan. Ukurannya sebesar single bed. Cukup untuk saya tidur
bersebelahan dengan adek. Lega bukan main, kami tinggal fokus mengatur waktu
agar efisien selama kunjungan kami di Bantimurung 2 hari kedepan.
Bangunan resort berdiri
2 lantai, selain ruang tamu di bagian lobby ada juga galeri foto-foto hasil
jepretan kamera professional yang memamerkan spot-spot ikonik di Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung. Kami mendapatkan banyak informasi dari Xbanner yang
juga terpajang di lobi dan ruang tamu. Dan satu lagi yang sangat membahagiakan
adalah; pak Jun membekali kami dengan poster terbaru TN BABUL yang memuat segala
informasi tentang Bantimurung dan julukannya “The Kingdom of butterfly”.
Kami membaca catatan
Sir Alfred Wallace tentang kekagumannya pada kupu-kupu Bantimurung, dan tentu
saja anak-anak semakin bersemangat setelah mendengarnya. Kami akan ceritakan
episode demi episode kami explore TNBABUL di blog post selanjutnya ya 😊 stay
tuned!!
Posting Komentar