temanturatea.com

Backpakeran ke Bantimurung Maros Sulawesi Selatan; Bagian 1

Perjalanan ke Bantimurung sudah lama kami rencanakan, bahkan sejak tinggal di Sulawesi kami sudah punya niatan kesana. Namun banyak kendala yang kami hadapi diantaranya covid, hingga cuaca dan musim penghujan yang turun sepanjang tahun menyebabkan kami mengurungkan niat. Beberapa kali mendengar berita Bantimurung ditutup karena banjir besar. Kendala lain yang kami hadapi adalah keterbatasan referensi atau ulasan mengenai rute transportasi umum dan akomodasi  menuju Bantimurung. Sedikit sekali blog yang membahas tentang informasi tersebut.

Taman Kupu-kupu Bantimurung  maros

2 pekan sebelum berangkat kami sudah membuat persiapan perjalanan, kami berencana akan Backpackeran ke Makassar dan Maros. Mulai belajar tentang segala informasi taman nasional termasuk tentang spesies kupu-kupu di sana. Kami menemukan beberapa literatur dari taman nasional yang bisa kami akses gratis dan aplikasi Kupunesia yang sangat memudahkan kami. Tidak hanya logistik, kami mempersiapkan lembar observasi dari rumah. Tujuan kami bukan sekedar berwisata namun juga ingin serius ber-study tour.

Plan A saya dan anak-anak akan mengendarai angkutan umum Jeneponto-Makassar. Menyusul Bapak yang sedang ada urusan di kantor Gubernur. H-1 pergi sebenarnya saya agak ragu bisa pergi. Karena sindrom PMS sempat membuat kepala pusing dan saya benar-benar tidak bs fokus packing. Mulai berlapang dada jika akhirnya tidak bisa pergi.

Namun keesokan harinya saya merasa lebih baik sehingga bisa segera packing dan mempersiapkan semuanya dari 0. Skill packing yang mungkin tidak akan bisa saya kuasai jika dulu tidak diberi kesempatan untuk bisa menjelajah ke puncak-puncak gunung dan melakukan banyak perjalanan. Mungkin bukan skill packing yang saya dapatkan dari kedua orang tua saya, namun atas izin dan ridho bapak-ibu saya mendapatkan pelajaran kemandirian dan resiliensi dalam setiap perjalanan. Parenting bapak-ibu yang akhirnya juga berpengaruh besar pada bagaimana saya membersamai cucu mereka.

Pukul 09.00 WITA saya sudah menyelesaikan barang bawaan. 1 tas carrier 45 liter berisi pakaian dan logistik. 1 tas anak-anak berisi binocular dan art supplies mereka. 1 tas selempang. Kami sebenarnya juga mempersiapkan tenda dan sudah dipasang di motor sebelum bapak Irsyad berangkat tadi pagi.  Saya mencoba menghubungi supir langganan kami, dan kami direkomendasikan ke kenalannya karena pak Ramli tidak turun makassar hari jumat. 10:30 WITA kami sudah dijemput oleh mas Ippank. Perjalanan ke Makassar menggunakan mobil Toyota Agya dengan penumpang 4 orang, cukup lega karena saya dan anak-anak duduk di tengah bersama seorang ibu-ibu berseragam. Perjalanan akan sempurna jika penumpang di belakang kami tidak sebat.

Sepanjang jalan Takalar sampai Limbung, mas Ippank beberapa kali melihat jam tangannya dan melambat setiap mobil melaju di depan masjid, ternyata jam sholat jumat masih cukup lama hanya kurang dari 5 km terminal Malengkeri akhirnya mobil parkir. Kami menunggu mas Ippank solat jumat 10 menit. Kami turun di indomaret persimpangan terminal Malengkeri tempat pukul 12:15WITA.

Saya dan anak-anak beristirahat sebentar dan belanja, memonitor tempat makan terdekat untuk makan siang. Akhirnya saya memutuskan makan di nasi goreng di sebelah barat indomaret. Porsinya jumbo jadi saya memesan 2 piring, itupun tidak bisa kami habiskan ber-3. Saya putuskan masukkan ke box bekal buah pepaya yang kami habiskan di mobil sepanjang perjalanan tadi. Dua buah telur mata sapi beserta separuh porsi nasi kami bungkus, jadi makan sore bapak alhamdulillah kami bisa mengatasi foodlost.

Transportasi umum Makassar

Tujuan selanjutnya adalah nyusul bapak Irsyad ke kantor gubernur. Kami memilih naik Bajaj demi memberi pengalaman anak-anak, saya pun belum pernah naik Bajaj ding hahahah. Dengan tarif 32k kami naik Bajaj sepanjang 8,2km. Merasakan panas dan macetnya Makassar hanya di 15 menit pertama perjalanan. Kendalanya hanya angin dan polusi karena Bajaj kan terbuka hehe. Tapi dengan begini anak-anak lebih leluasa mengamati sekitar selama perjalanan kami.  

Taman Kota Makassar

Setelah 30 menit sampailah kami di kantor Gubernur yang ternyata sangat rindang. Sebenarnya udah terbayang saat liat denah yang kami lihat di maps, terlihat bangunan kantor  Gubernur memiliki ruang terbuka hijau yang sangat luas, alhamdulillah kami bisa berteduh di bawah rimbunnya pepohonan selama menunggu bapak selesai dengan urusannya. Ada banyak sekali pohon trembesi yang menggugurkan daunnya. Beberapa petugas kebersihan menyapu dedaunan kering dan mengumpulkannya dalam karung karung besar, ah jadi ingat kompos di rumah yang sudah lama tidak kami berikan sampah coklat daun trembesi. 

Tepat pukul 15:10 WITA berbekal GPS kami menuju Bantimurung. Estimasi perjalanan 90 menit namun selama perjalanan kami beberapa kali sengaja melambat demi memberikan pengalaman anak-anak mengamati sekitar. 

Ada Banyak objek menarik yang kami lewati, tebing-tebing kapur lokasi penambangan, pemandangan bukit kapur dengan singkapan batuannya yang putih memukau, dan yang paling membuat anak-anak excited adalah saat melintas di BATALYON  ZIPUR 8 Sakeang, Maros. 

Perjalanan yang kami lalu cukup nyaman, meski beberapa jalan rusak dan berlubang namun  perjalanan ke tempat baru selalu menyajikan pemandangan yang sayang untuk dilewatkan. Perbedaan landscape yang kemudian tercermin pada bentuk pemukiman penduduk, menarik untuk dicermati dengan serius atau sekedar untuk dikagumi. Hiro sesekali terdengar bertanya banyak hal pada bapaknya dan banyak yang tidak bisa terjawab karena bapaknya kurang mendengar wkwk (yeah what you expected from a man who trying to safely ride his motorbike into the unknown place). Adek Barra udah pulas memenuhi jatah tidur siangnya.

Pukul 16:40 WITA kami sampai di gerbang  masuk Bantimurung. Kami melihat pengunjung masih sangat ramai dan loket belum tutup. Setelah diskusi dengan penjaga tiket mengenai kemungkinan penginapan/camping ground sekitar Bantimurung kami mendapatkan info jika penginapan yang dikelola DISPORA sudah penuh hingga hari senin. Sedangkan campinground terdekat Biseang Laborro’ (BISLAP) setelah saya cek maps jaraknya 8 km jauhnya dan berlawanan arah dengan Leang-leang, destinasi kami selanjutnya. Kami utarakan bahwa BISLAP mungkin bukan solusi yang pas untuk kami mengingat hari juga sudah mulai gelap dan perjalanan ke BISLAP akan cukup memakan waktu dan jujur kami belum membaca review tempat tersebut sebelumnya.

Di rumah, kami mendapat opsi camping terdekat yang searah BISLAP Namanya Ta'deang camping ground namun saya liat review di google kamar mandinya agak sulit air jadi kami berusaha cari alternatif lain. Beruntungnya si bapak yang kemudian kami kenal namanya adalah pak Jojo, menjelaskan bahwa Bantimurung sebenarnya dikelola oleh dua instansi; Dinas Pariwisata dan KLHK. Jadi beliau berinisiatif mengantar kami ke kantor Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung; Resort Bantimurung. Disana kami diantar menemui kepala resort pak Junaidi dan kami dipersilahkan masuk ruang Conference. Pak Jun menjelaskan bahwa timnya baru saja ada acara jadi ada banyak orang di ruangan itu.

TN BABUL

Bermodal Field Book yang kami persiapkan dari rumah kami mengutarakan maksud kunjungan kami ke Bantimurung untuk pengamatan kupu-kupu. Bak Jun menyambut antusias dan mengenalkan kami kepada pak Eric. Kami tunjukkan referensi  buku dari KLHK yang ternyata pak Eric salah satu penulisnya what coincidence!!. Dengan banyaknya materi ajar yang mungkin akan kami kunjungi, museum, penangkaran, bukit karst akan memakan waktu lebih dari sehari jadi kami minta rekomendasi penginapan terdekat atau ada spot yang bisa kami mendirikan tenda. Sebelumnya pak Eric menyarankan BISLAP namun kemudian pak Jun menyarankan menginap di resort.

Tidur sini aja, ada sofa di depan dan tempat tidur juga ada, toilet di ujung sana. Biasanya penjual makanan juga 24 jam di dalam karena ada mahasiswa bermalam juga.

Wow rasanya seperti tidak percaya, kami mendapat kepercayaan menghuni resort.

Ketika kami mencoba membawa barang ke ruang tamu nampak pak Kamarudin, pria paruh baya yang sudah hampir selesai menyapu lantai. Entah kapan pak Jun meminta pak Kamarudin mempersiapkan ruangan itu, semuanya terjadi begitu cepat. 

Sembari bapak Irsyad mengobrol dengan pak Jun, ada mas-mas lain yang datang dengan kasur dan bantal sofa berukuran besar. Sofa di ruangan resort bisa dibilang sangat nyaman untuk merebahkan badan. Ukurannya sebesar single bed. Cukup untuk saya tidur bersebelahan dengan adek. Lega bukan main, kami tinggal fokus mengatur waktu agar efisien selama kunjungan kami di Bantimurung 2 hari kedepan.

TN BABUL

Bangunan resort berdiri 2 lantai, selain ruang tamu di bagian lobby ada juga galeri foto-foto hasil jepretan kamera professional yang memamerkan spot-spot ikonik di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Kami mendapatkan banyak informasi dari Xbanner yang juga terpajang di lobi dan ruang tamu. Dan satu lagi yang sangat membahagiakan adalah; pak Jun membekali kami dengan poster terbaru TN BABUL yang memuat segala informasi tentang Bantimurung dan julukannya “The Kingdom of butterfly”.

Kami membaca catatan Sir Alfred Wallace tentang kekagumannya pada kupu-kupu Bantimurung, dan tentu saja anak-anak semakin bersemangat setelah mendengarnya. Kami akan ceritakan episode demi episode kami explore TNBABUL di blog post selanjutnya ya 😊 stay tuned!!


‹ Lebih lamaTerbaru ✓

Posting Komentar