Kali ini saya beruntung bisa berkolaborasi menggaungkan sustainability dengan seorang rekan blogger praktisi zero waste. Perjalanan menerapkan zero waste kadang cukup menyita energi dan bertemu teman seperjuangan bak menemukan oasis ditengah gurun pasir yang tandus.
Di era kolaborasi seperti sekarang sangat menyenangkan jika bertemu dengan teman baru yang memiliki visi yang sama. Apalagi jika visi tersebut bisa melahirkan kolaborasi yang saling memberi manfaat baik bagi kedua pihak ataupun bagi banyak pihak.
Duduk Bersama berkeluh kesah suka duka menjalani hidup minimalis dan saling menguatkan ibarat segelas air yang menghapus dahaga.
Kali ini saya ingin menghadirkan obrolan saya dengan mbak Lustyyah Ulfa, seorang eco blogger yang saat ini berdomisili di Gresik. Mba ulfa adalah seorang praktisi zero waste, ia juga memiliki antusias yang tinggi terhadap konsep minimalism dan sustainability living. Teman turatea bisa mampir ke blog mbak ulfa rekamanjejakhijau.com.
Kita langsung saja mulai ngobrol dengan mbak ulfa yuk!!
Kapan mba Ulfa mulai mengenal minimalism dan sustainable living?
:Tahun 2011, pernah iseng ikut bootcamp Youth For Climate Change yg diadakan DNPI (dewan Nasional Perubahan Iklim) ternyata dari kampus, hanya aku sendirian yg ikutan. Pede aja, karena memang tertarik dgn yg berbau2 lingkungan saat itu. Namun saat itu masih awam banget dgn climate change & baru mulai terbuka wawasan saat ikut bootcamp.Rentang 2011-2019, terlena dengan kuliah,karir. Namun 1 yg diterapkan dari bootcamp itu, bawa kantong belanja sendiri. Iya kemana2 pakai, tapi masih salah konsep euy 🙈 tidak ada aksi menolak plastik sekali pakai, tas belanja sebagai penampung plastik-plastik itu itu. Malu kalo di ingat lagi sebenarnya.
Gongnya mulai belajar serius utk 1x minim sampah di tahun 2019. Ikutan kelas intensif Hijrah Minim Sampah yg digagas komunitas ibu Profesional Jakarta. Dari situ mulai punya teman minim sampah, ikut kelas2 yg lain seperti belajar zero waste punya bu Dk Wardani. Kesimpulan itungan mulai serius ya 2019 itu.
Sudah memulai langkah zero waste sejak tahun 2019, hari ini tampak sekali keseriusan mba Ulfa. Keseriusan mba Ulfa ini saat ini tercermin dari bentuk minimalism dan Upaya zero waste yang dilakukan dalam keseharian mbak Ulfa.
Pilihan Pangan lokal sebagai Prioritas; Dokumentasi Pribadi Mbak Ulfa |
Saat ini mba Ulfa memilih konsumsi bahan pangan lokal yang didapat dari sekitar sebagai prioritas. Dokumentasi pribadi mba Ulfa di atas ini menunjukkan isi piringnya yang berisi Talas sebagai karbohidrat, buah lokal Anggur Jawa yang sedang musim, pepes ikan dengan belimbing wuluh dari kebun mini di depan rumahnya. Minuman yang dipilih juga less waste yakni minum air kelapa. Pilihan menu sederhana yang jika ditelusuri lebih dalam pilihan ini besar sekali perannya bagi kesehatan lingkungan. Pilihan pangan lokal ikut mengurangi jejak karbon. Tidak hanya itu, pilihan ini dapat mengurangi potensi sampah kemasan dengan memanfaatkan hasil kebun sendiri.
Saya di Jeneponto juga terus mencoba mengenalkan pangan lokal terutama pengganti nasi ke anak-anak. Mengajak mereka belajar meramban dengan memperhatikan panduan meramban yang baik. Langkah ini kami pilih sebagai salah satu upaya memilih pangan dengan bijak.
Alasan kuat mba Ulfa menerapkan minimalism dan sustainable living apa?
: Biar sampahnya minim, artinya mesti mengurangi potensi2 sampah baru, membatasi pembelian barang baru yg sebenarnya masih bisa digantikan dgn barang yg sudah ada (minimalis) dan barang yang sudah ada sebisa mungkin tidak berakhir dari sampah. Walaupun terpaksa ada sampah yg timbul, mencari cara biar tidak berakhir di TPA. Entah pake prinsip 5R /disetor ke pengelola sampah terpercaya & bertanggung jawab (sustainable) berawal dari situ, mulai pelan2 adopsi konsep minimalis dan sustainable living.
Dan menyadari oh ternyata 3 lifestyle ini sebenarnya saling terkait, beririsan. Jika adopsi salah 1, mau g mau akan adopsi yg lain. Jangka panjang minimalism & sustainable live itu bisa menyelamatkan bumi. Dengan menjadikannya sebagai kebiasaan sehari2 seperti halnya orang dulu yg dipaksa keadaan serba terbatas. Tapi jadi jauh lebih bijak mengambil sikap & punya empati terhadap kondisi bumi.Saya sangat setuju dengan pemikiran mba Ulfa. Saya pun semakin giat menjalani sustainable lifestyle karena melihat perubahan lingkungan yang cukup drastis. Pemandian alam yang dulu menjadi tempat saya berenang dengan kawan, kini dipenuhi sampah kemasan deterjen. Sungguh pemandangan yang sangat disayangkan dan hal tersebut menjadi pemandangan yang biasa bagi anak-anak kami.
Saya dan suami melihat perubahan lingkungan yang menjurus ke kerusakan ini harus dicegah, dan kita perlu memulainya dari keluarga kecil kami.
Di Tengah obrolan kami mba Ulfa menunjukkan upayanya memperpanjang penggunaan silica gel bekas untuk condiment jar yang ia miliki. Di bawah ini adalah contoh langkah kecil yang dilakukan mbak Ulfa sebagai upaya mencegah foodloss bumbu dapur dan memperpanjang usia silica gel bekas makanan kemasan.
Upaya Mencegah Foodloss dan Memperpanjang Usia Barang Dokumentasi Pribadi Mbak Ulfa |
Langkah hijau pertama yang dimulai mba Ulfa dalam bentuk apa?
: Bawa kantong belanja sendiri (revisi dari masa lalu yg salah konsep) paling mudah dipraktekan,walau real nya ada kendala namun nagih utk gimana caranya biar tidak bawa sampah kemasan ke rumah. Pakai mindset lagi main game yg tiap levelnya pasti ada tantangan tersendiri bukan?
Saya Pun memulai langkah sustainable saya dengan menggunakan kantong belanja sendiri. Qadarullah saat anak-anak saya bayi saya punya banyak laundry net berukuran kecil yang kemudian saat ini saya fungsikan untuk berbelanja ke pasar.
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu memakannya baik manusia atau keledai atau burung kecuali itu akan menjadi sedekah baginya hingga hari kiamat.” (HR. Muslim)
“Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang diantara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanam sebelum terjadi kiamat maka hendaklah dia menanamnya.”
(HR. Imam Ahmad)
Hadist ini saya pun dengar pertama kali dari bu Dk Wardhani, seorang praktisi zero waste dan founder komunitas BZW. Berkat Hadist ini saya juga kerap menebar benih bunga di sepanjang jalan untuk mempercantik landscape dan memberi makanan lebah, kupu-kupu, dan serangga lainnya.
Bunga yang saya pilih adalah Cosmos dan bunga Ketul, keduanya terkenal kuat dan low maintenance. Bunga Ketul ini saya dapatkan di Buper Pinus Rombeng saat saya dan keluarga camping.
Langkah hijau yang paling menantang buat Mba Ulfa apa?
: Mengompos. Dengan lahan terbatas, tapi keukeuh pgn ngompos. Muter cara gimana caranya biar bisa ngompos. Sedia lahan ngompos,gimana biar tetap enak dipandang dan g bau, belum lagi cari bahan cokelat, hadapi pengurai yg overpopulasi, kecolongan jadi ternak lalat rumah. Bagi praktisi yg lain mungkin mudah cari bahan coklat, tapi bagiku tidak semudah itu saat coba ngompos 1x. Beda praktisi memang beda sikon & kendala. Tapi itulah seni nya ngompos. Sampai sekarang ada aja kendalanya, karena sekarang pindah domisili. Jadi ya ketemu tantangan yg baru.
Berbicara kompos saya pun menerapkan konsep sangat sederhana dalam proses mengompos di rumah. Setuju banget jiak mengompos itu adalah seni yang dapat disesuaikan dengan tantangan dan kebutuhan lingkungan setiap keluarga.Apa bentuk dukungan yang mba Ulfa dapatkan dari keluarga?
: Awalnya suami kontra, tp seiring tuntutan pekerjaannya di kantor, jadi pro. Orang tua saat berkunjung ke rumah, mencoba menghargai walau awal sempat protes kok g ada tempat sampah (yg campur pada umumnya)
Keren!! Support dari keluarga adalah bentuk dukungan terbaik ya mba 😉 Kita intip sama-sama dokumentasi mbak Ulfa memilah sampah berikut ini;
Memilah Sampah Untuk Disetor Ke Bank Sampah Dokumentasi Pribadi Mbak Ulfa |
Obrolan seru tentang sustainability ini makin seru ya teman turatea, senangnya melihat mba Ulfa punya komunitas yang membersamai langkah hijaunya.
Saya yang masih berjuang sendiri di Jeneponto harus merasa cukup dengan obrolan Bersama mbak Ulfa. Sekedar mengetahui bahwa upaya hidup selaras alam yang saya lakukan tidaklah sendirian, insya allah menguatkan jiwa raga ini hehe.
Terharu ada yang meliput kegiatanku ðŸ«
BalasHapusSilical gel yang dipakai itu sama seperti yang di sepatu atau tas kah, mba? Pemakaiannya bisa ke makanan?
BalasHapusBeda beda mba. Silica ada gradenya. Yg buat makanan yg mba ulfa pakai. Ada di artikel blognya mba ulfa
HapusIiih kok keren ide tulisannya kak puput. Seru ya, saling wawancara teman blogger
BalasHapusbeljaar kolab kak hihi, ayook kita kolab juga kak bahas parenting :)
HapusWah harus mulai belajar menerapkan
BalasHapusgaya hidup seperti mb Ulfa nih. Memang harus dimulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga.
saya pengen belajar gitu juga, fapi kadang waktunya mbak yg ga ada
BalasHapusMasyaAllah paling susah memang menghilangkan sampah kresek, karena suka lupa bawa tote bag kemanapun hihi semangat ya mbak mulai dr hal kecil...
BalasHapus