temanturatea.com

Kontemplasi Diri Seorang Ibu Rumah Tangga

Apakah seorang ibu butuh waktu khusus untuk kontemplasi? Teman turatea seringkah mendengar kalimat perempuan kehilangan diri sendiri ketika menjadi seorang ibu? Artikel kali ini saya mencoba mencurahkan sedikit hasil renungan saya sebagai seorang Ibu Rumah Tangga yang ingin memberikan manfaat lebih luas pada sesama.


kontemplasi diri seorang ibu rumah tangga yang ingin memberi manfaat


Kontemplasi Diri Seorang Ibu Rumah Tangga

Perbincangan mengenai jati diri ibu ini pun menjadi hal yang tidak terelakkan antara saya dengan sesama ibu yang memilih stay at home dan fokus membesarkan anak.

Tidak ada yang salah dengan sikap fokus ibu yang satu ini. Karena ibu melakukannya karena naluri ibu yang selalu ingin menomor satukan anaknya di segala kesempatan.

Kehilangan waktu untuk mengurus diri sendiri juga menjadi salah satu alasan ibu merasa kehilangan dirinya. Bahkan ketika ada sesuatu yang kurang tepat dengan kondisi anak dan keluarganya, ibu masih saja menjadi kritikus paling pedas terhadap dirinya. 

Rutinitas baru menjadi seorang ibu acapkali menjadikan ibu juggling mencari waktu untuk sekedar menyeduh kopi favorit ibu di pagi hari. Begitupun dengan hobi ibu yang mulai terlupakan.

Kemarin saya sempat membaca catatan milik teman yang berisi pentingnya waktu istirahat bagi tubuh secara utuh pasca melahirkan. Waktu nifas menjadi waktu yang sangat berharga untuk momen pulihnya ibu dari beratnya pejuangan melahirkan seorang bayi ke dunia. Masa 40 hari ini juga menjadi momen transisi ibu beradaptasi dengan tugas pengasuhan dan amanah baru yang diembannya.

Catatan ini membuat saya kembali merenung, masa transisi pemulihan fisik dan psikis yang dijalani seorang ibu bisa saja menjadi berbeda satu samalain. Bahkan bagi saya pribadi transisi antara peran sebagai ibu satu anak menjadi ibu dua orang anak masih belum tuntas saya rasakan.

Bisa jadi karena fokus dengan kebutuhan dua orang balita menjadikan ibu banyak lupa untuk melihat kebutuhan diri sendiri. Atau mungkin kebutuhan itu sudah diupayakan meski dengan hasil yang minim sehingga tidak disadari. Rasa syukur yang dimiliki atas nikmat anak-anak yang sehat ditambah perasaan ibu yang rela berkorban menjadikan ibu kurang memperhatikan detail lain tentang ibu yang harusnya juga ibu syukuri.

Fokus pada tumbuh kembang anak, namun lupa melihat bahwa karakter ibu juga tumbuh bersama anak. Ada kalimat dari Coach Marita yang membuat saya merenung cukup lama.
Sesungguhnya bentuk rasa syukur kita adalah TERUS BERTUMBUH.Ya, sebagai pribadi kita harus selalu aktif tumbuh.

Terkadang diri ini diliputi perasaan kecewa ketika menyadari anak-anak tumbuh dengan sangat cepat tanpa sempat saya catat atau dokumentasikan dengan baik dalam jurnal anak. Perasaan itu sangat pesar dan melahap fakta bahwa seharusnya sayapun harusnya punya jurnal untuk saya pribadi.

Baru-baru ini saya baru bisa mengembangkan dan memaksimalkan potensi diri lewat pop up class berbasis komunitas yang saya inisiasi sekurangnya sebulan sekali. Itupun didasari oleh alasan ingin menyediakan lingkungan belajar dan bermain yang aman untuk anak kami. 


Jika ditarik kebelakang semua yang saya lakukan ternyata untuk anak dan menyesuaikan kebutuhan anak. Lalu langkah apa yang saya lakukan untuk diri saya sendiri?


Menemukan Versi Terbaik Diri Ibu

Kecintaan saya pada dunia riset membuat saya selalu ingin tahu setiap detail apapun yang sedang menarik perhatian saya. Kecintaan pada setiap detail ini tercermin pada perilaku saya dalam keseharian.

Ketika menjadi ibu saya mulai mencari semua detail tentang parenting dan tumbuh kembang anak lewat buku dan seminar-seminar. Ketika tertarik pada jamu saya serius mengikuti kuliah online bersama Departemen Farmasi FKUI selama 90 jam. Ketika belajar meramban saya mencari banyak literatur ilmiah berkaitan dengan pemanfaatan tanaman liar.

Keterampilan saya dalam memperhatikan detail dan rasa ingin tahu yang besar ini bisa jadi potensi baik bila terus diasah. Potensi yang tercermin pada perilaku saya yang suka berbagi konten menarik tentang tanaman liar di Instagram secara alami membentuk citra diri saya sebagai Nature & Plant-loving Geographer.

Tapi saya ingin membentuk citra diri yang yang lebih spesifik di blog. Menilik kembali tujuan menulis di blog adalah membuat rekam jejak yang rapih tentang tumbuh kembang anak. Detail ulasan event komunitas Turatea Nature Study yang saya bentuk 2019 lalu juga ingin saya munculkan serta kuatkan dalam blog.

Memfokuskan Diri Pada Apa Yang Ingin Dicapai

Ada wejangan coach marita yang terngiang-ngiang di kepala. Well iya, banyak sekali materi renungan yang diberikan oleh coach asal Semarang ini.

Sebagai seorang blogger semestinya kita sudah sadar dan meyakini bahwa sebagai blogger, kita memiliki peran yang sangat penting dalam transfer ilmu dan wawasan. Sehingga butuh belajar banyak ilmu, agar perannya bisa dilakukan dengan optimal.

Saya sepakat bahwa sebagai manusia tugas kita adalah belajar sepanjang hayat. Mengingat milestone yang saya lalui selama menjadi ibu, saya rasa tugas belajar ini adalah hal yang saya nikmati selama ini. Semangat belajar yang besar ini bisa saya pelihara sabagai modal untuk menjadi seorang blogger yang baik.

Senantiasa belajar cara terbaik mendapingi anak belajar dan bermain di alam. Menjalani hidup selaras dengan alam akan menjadi tujuan yang ingin saya capai kedepannya. Karenanya saya mantap memilih 3 tagline yang saya sematkan di banner blog ini; Nature Play, Foraging, Sustainability. Harapannya saya bisa menjadi teman bagi ibu-ibu di luar sana yang juga sedang serius mendampingi buah hatinya untuk hidup selaras alam. 

Meski pada praktiknya postingan di blog ini belum didominasi artikel tentang ke-3 tagline tadi. Hal ini dikarenakan ibu dua anak ini baru memulai perjalanannya. Sementara ini setiap tugas ulasan artikel yang saya buat selalu saya pilih sesuai tagline. Dan hal ini cukup berhasil mengingat salah satu teman peserta Coaching yang menyadari bahwa artikel yang saya tulis bernuansa Nature Play. Sttt, saya pun sedang menantikan materi tentang content plan dari Blogspedia Coaching untuk memantapkan konten blog ini.

Untuk mewujudkan itu semua, mau tidak mau saya perlu menguatkan personal branding saya sebagai seorang blogger. Salah satu tugas Coaching kali ini membuat desain kartu nama sebagai seorang blogger.

kartu nama blogger
Desain kartu nama tampak depan


Desain kartu nama blogger tampak belakang
Desain kartu nama tampak belakang


Sejatinya kontemplasi diri seorang ibu rumah tangga bisa saja berupa-rupa bentuknya. Jika saya memilih untuk mencurahkan sebagian hasil renungan dan amatan saya lewat blog secara sistematis, saya yakin teman turatea pasti sudah memiliki cara ternyaman untuk berkontemplasi. Adakah yang ingin sharing tentang tema satu ini. See you ini comments section 😉

2 komentar

  1. Aku malah mengenalmu lebih dulu di ig mbak.Bahagia setelah bw,kita satu perjuangan di blogspedia. Semoga ke depannya bisa kolaborasi ya

    BalasHapus
  2. MasyaaAlloh.. Memang kudu sering-sering kontemplasi dan merenung ya, Mbak. Aku biasanya sih sambil menerawang melihat langit-langit kamar. Hehe.

    BalasHapus